Sunday, January 7, 2007

Cerdik (Cerita Dikit)

Jangan pernah ucapkan cinta, sayang…..

Cinta memang tak ada logika, seperti itupun halnya yang dialami intan, gadis 25 tahun dengan seorang temannya, Ilham, persahabatan mereka telah terjalin sejak dua tahun terakhir, namun tiba-tiba, bak petir disiang bolong Ilham mengungkapkan perasaan sukanya kepada Intan, yang ternyata telah dipendamnya dua tahun yang lalu, awal dari perkenalan dan persahabatan mereka.


Apa??? Aku suka kamu ?, mata Intan melotot dan wajahnya yang bersemu merah tidak dapat disembunyikan dari kulit mukanya yang terang, ekspesi wajah tanpa perintah begitu bertindak serentak dengan gerakan bibirnya yang mengulang kembali kata-kata Ilham (teman dekatnya) itu. “ Masak sih, jangan becanda Am ( begitu pangilan akrab intan buat Ilham)”. demikian Intan menimpali ungkapan perasaan Ilham.

Tak mau kalah, Ilham justru malah memperbaiki posisi duduknya yang menunjukkan keseriusan luar biasa dan meminum sajian kantin sore itu, tempat biasa mereka makan bersama, jika diantara mereka ada masalah. “ Ntan, dulu aku berfikir, kita akan bisa berteman, dan aku akan bisa menghapus perasaanku padamu, tapi ternyata, nggak, ntan, aku nggak bisa, kebersamaan kita tidak hanya menjadikan persahabatan kita erat, tapi juga justru menjadikan rasa itu terpelihara dan terawat dihatiku, ntan, aku nggak bisa terus-terusan membohongi perasaanku, aku sungguh sayang kamu, lebih dari seorang teman ”. Itu ucapan Ilham yang memperkuat kata-kata singkatnya yang tadi diungkapkan pada Intan.

Intan, tertunduk seribu bahasa, seakan otaknya bekerja ekstra menyusun kata demi kata yang begitu tak teratur yang ada dibenaknya.”Am tolong kasih aku waktu” cuman itu yang keluar dari mulut Intan. Dengan penuh pengertian Ilhampun menganguk seraya berkata “ Ntan, apapun jawabanmu, akan kutunggu dan kuharap ini bukan akhir yang buruk tuk persahabatan kita, ya atau tidak bagiku tak menjadi soal, karena setidaknya aku dah berani jujur pada diriku dan pada orang yang kusayangi, dan yang pasti aku akan tetap menjadi temanmu, karena kamu adalah teman terbaik yang kupunya ”.

Percakapan sore itupun berakhir dengan seribu tanda tanya dan perasaan yang ada dikepala masing-masing dan suasana sore itu, menjadi sore yang berbeda dengan biasanya, kalo setiap habis jalan atau makan, dalam perjalanan pulang, mereka selalu bergurau mesti kadang diselingi cela dan tawa seakan diantara mereka bersaing menunjukkan yang satu lebih dari yang lain, tapi sore itu, tak ada yang bersuara, mereka sibuk dengan pikiran dan perasaannya sendiri.

Begitupun dengan Ilham, ia tidak mau mengganggu Intan dengan percakapan atau pertanyaan-pertanyaannya yang pasti tidak akan menarik buat Intan, karena ia tahu betul karakter temannya yang satu ini, kalo dah diam pasti lagi serius mikirin sesuatu atau lagi capek atau belum terlalu kenal dan dekat, itu akan memperkuat image kalo Intan adalah sosok yang pendiam. Seperti halnya pertama kali mereka kenal, Intan begitu pendiem, dibanding teman-temannya yang lain, tapi seiring dengan berjalannya waktu, ternyata Intan sosok yang asyik diajak gobrol dan memang sosok pendengar yang baik.

Ternyata satu jam dalam perjalanan tak terasa hingga akhirnya mereka sampai pada perempatan jalan yang memisahkan arah tempat tinggal mereka, “ sampai besok ya (kata ilham) sembari melambaikan tangannya pada Intan yang berjalan ke jalan menuju rumahnya, “ ya ( sahut Intan singkat).

Kaki Intan berjalan mengikuti irama dan Intan sadar betul, kalo kakinya dan tubuhnya tidak menikmati perjalanan itu karena otaknya begitu sibuk memikirkan sesuatu,sesampainya dikamar ukuran tiga kali dua meter, perlahan Intan merebahkan tubuhnya di kasur dan membersihkan wajahnya dengan pembersih, rutinitas yang biasa dilakukan sehabis bepergian. Am, kau terlalu baik untuk ku, tapi sayang aku begitu menikmati dan bahagia menjadi teman terbaikmu, tak lebih Am, tak lebih dari itu. Andai kau tahu, kalo bagiku tak sulit tuk jatuh cinta, tapi waktu empat tahun telah cukup menempaku tuk memanage cinta dan mengatur rasa, rasa suka pada lawan jenis silih berganti kurasakan dan tak sulit juga bagiku membunuh perasaan itu dan menggantinya dengan perasaan sebagai seorang teman,aku bisa melakukannya Am (bukan karena aku nggak normal, bukan) karena memang aku ingin logika dan perasaanku seimbang, sebuah idealisme yang begitu kupegang walau kadang aku rasakan begitu berat mempertahankan.

Kalo kata orang pacar itu berawal dari temen, bagiku enggak Am, pacar ya pacar dan temen adalah temen. Aku paham betul rasa suka dan cinta itu nggak statis, ia perlu dijaga dan dipelihara, dan cara menjaga dan memliharanya hanya dengan dua jalan, pacaran atau menikah, dan aku nggak mau tuk pacaran dan belum siap tuk menikah.Andai aku tau kau akan mengatakan itu, mungkin aku akan memberitahumu “ Jangan pernah ucapkan cinta, sayang aku hanya ingin jadi teman baikmu, sayang aku seorang yang begitu meyakini kalo cinta itu tak abadi dan percaya kalo yang abadi hanyalah persahabatan “ itu alasanku melarangmu tuk mengutarakannya, tapi sayang, aku terlambat memberitahumu, hingga kau akhirnya mengungkapkan juga.

Serangkaian lamunan dikepala Intan, terputus karena suara ringtone handphonenya berbunyi dan tertulis “Deni memanggil”, “ya Den, ada apa? Intan menyambut suara diseberang sana, “ Ntan, Andi memutuskan pertunangan kami ( deni menceritakan panjang lebar diiringi dngan isak tangis). Deni dan Intan adalah temen dekat sejak SMU dan setelah bertemu dengan pria yang begitu dicintainya dan mencintainya, merekapun memutuskan tuk bertunangan lebih kurang tiga tahun lamanya. Deni selalu menjadikan Intan tempat curhatnya, ternyata Andi mencintai wanita sekantornya.dan memilih tuk memutuskan pertunangannya dengan deni meski kedua keluarga besar mereka telah begitu akrab. Percakapan telpon itupun berakhir setelah sipenelpon merasa tenang dengan nasehat-nasehat dan kata-kata bijak Intan.

Intan kembali bergelut dengan perasaannya, ternyata benar teoriku, kalo cara menjaga dan memlihara cinta hanya dengan pacaran atau menikah, tapi penjagaan dan pemeliharaan sejati itu hanya dengan ikatan resmi pernikahan yang akan memberi hak dan kewajiban kepada satu sama lain jika melangggar batass-batas yang telah digariskan.

Keesokan harinya, seperti biasa, Intan dan Ilham bertemu dalam organisasi yang sama, Intan memutuskan tuk melanjutkan pembicaraan di kantin sore itu dengan Ilham. ‘ Am kita makan yuk“ . demikian seperti biasa gaya Intan kalo ngajakin Ilham makan dan ingin ngomongin sesuatu. “ boleh, dimana ” sahut Ilham, ‘ Biasa ” jawab Intan. Merekapun melangkah menuju kantin langganannya.

Nasi goreng, yang biasanya gurih, terasa kurang nikmat di mulut intan, soalnya sodoran sendok seakan harus langsung hilang karena ditelan energi otaknya yang bekerja keras merangkai kata, agar yang keluar nanti dari mulutnya tidak menyakiti teman terbaiknya itu.

Dengan penuh keberanian Intan mulai mencoba mengatur keluarnya kata-kata dengan benar dan memperhatikan dengan seksama teman yang ada dihadapannya itu. “ Am, kita dah berteman selama dua tahun yach, aku merasa seneng banget, punya temen seperti kamu, meski kadang kita sering bertengkar juga, tapi kita dah saling memaklumi kekurangan masing-masing, dan perbedaan itu yang menjadikan kita deket khan, Am, maaf kan aku, kalo aku belom bisa memenuhi harapanmu, aku nggak bisa menjadi seseorang yang lebih dari seorang teman bagimu, aku ingin persahabatan kita abadi Am, kamu masih mau kan menjadi temanku dan aku akan bantu kami mengatur rasa itu, karena dah empat tahun lamanya aku belajar memanage cinta mengatur rasa, dan aku yakin aku akan bisa melakukannya” Demikian Intan menolak Ilham dengan halus tanpa lupa memotivasi Ilham tuk melupakan perasaannya.

Ntan, mesti kecewa dan sedih, tapi aku dah siap kok dengan kemungkinan terburuk ini, yuk kita jadikan ini bumbu persahabatan kita tuk merajut ikatan yang perhabatan sejati. Ilham menyambut kata-kata Intan dengan penuh kedewasaan dan pengertian.

Hari-hari berikutnya, masing-masing mereka berjuang keras untuk menjadikan persahabatan mereka biasa dan seakan tak ada riak-riak yang mendera, hingga akhirnya keduanya menemukan pelabuhan hari yang berujung pada perkawinan, namun persahabatan diantara mereka tak pernah luntur, meski jauh dimata namun dekat dihati juga berlaku tuk ikatan persahabatan mereka. ð















































No comments: