Monday, January 8, 2007

Galeri Foto


Gajah aja bisa tertib dan ditertibkan......
Selengkapnya...

Sorot Isu

Menyoal, Usul Perubahan Konstitusi

Perubahan konstitusi merupakan hal yang tidak asing lagi, kalau sebelumnya merupakan “kegiatan terlarang” untuk diusulkan apalagi dilakukan, namun pasca reformasi berbagai celah kekurangan konstitusi perlahan mulai diperbaiki melalui mekanisme hukum yang dikenal dengan amandemen, sehingga konstitusi yang kita kenal hari ini merupakan hasil amandemen ke-empat.

Kembali perubahan konstitusi menjadi isu hangat untuk dibicarakan setelah munculnya usul dari 128 anggota Dewan Perwakilan Daerah mengenai perlunya perubahan pada Pasal 22 UUD 1945 melalui surat yang ditandatangani oleh Ketua DPD Ginanjar Kartasasmita dengan Nomor DPD/HM.310/295/2006 ditujukan kepada Ketua MPR tertanggal 8 Juni 2006 yang lalu.
Hal tersebut ditanggapi beragam oleh berbagai kalangan terutama kalangan DPR yang merupakan rekan kerja DPD sendiri, ada yang menilai positif dan ada yang justru sebaliknya mempertanyakan eksistensi dari DPD sendiri bahkan komentar yang bermuatan kritik membangun atas kinerja DPD justru sebaliknya dipertanyakan. Hal yang lumrah sebenarnya, karena memang eksistensi DPD belum banyak dilihat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya di daerah yang mereka wakili.

Namun kalau dicermati lebih jauh, usul perubahan konstitusi pada dasarnya tidak dilarang bahkan pada Pasal 37 ayat (4) UUD 1945 disebutkan bahwa “putusan untuk mengubah Pasal-pasal Undang-undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR “.Terkait dengan inisiatif atau siapa yang mengajukan perubahan konstitusi tenyata tidak ada batasan tegas dalam UUD, dalam artian perubahan itu dapat saja diusulkan oleh anggota DPR, DPD, organisasi ataupun perorangan, namun catatan yang mesti diperhatikan bahwa usul perubahan tersebut akan menjadi agenda resmi jika telah disetujui oleh anggota MPR.

Mencermati persoalan pengusulan amandemen konstitusi sesuatu yang sebenarnya mesti mendapat apresiasi lebih karena memang hukum tidak selalu sebanding dengan perkembangan masyarakat hingga perlu selalu dievaluasi dan dikritisi, namun usulan tersebut menjadi semakin kompleks ketika itu muncul dari sebuah fostur lembaga negara bernama DPD yang sejak awal pembentukan rumusannya dalam amandemen UUD, telah dibangun atas landasan yang tidak kuat, sebut saja dari komposisi bahwa jumlah anggota DPD tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR, hal ini akan menimbulkan konsekuensi logis jika terjadi penentuan jumlah suara melalui voting maka otomatis DPD akan kalah dengan sendirinya, atau menggambarkan bahwa mesti DPD dan DPR punya kedudukan sederajat dalam forum MPR namun DPR tetaplah lebih kuat.

Ada apa dengan Pasal 22 D UUD 1945 ?
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga baru yang diperkenalkan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui perubahan ketiga Undang-undang Dasar 1945, diatur secara khusus dalam konstitusi pada Pasal 22 UUD 1945 yang lebih jauh dalam pengaturannya melalui UU No 22 Tahun 2003 tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Kenapa Pasal 22 UUD 1945 mesti diubah, pertanyaan itu akan muncul dalam benak kita, ketika persoalan pengusulan perubahan menjadi isu kontraproduktif untuk DPD, ternyata pada pasal tersebut mengatur hal yang begitu berarti bagi DPD yakni tentang tugas, fungsi dan wewenang DPD, secara substansi pada pasal tersebut dijelaskan bahwa DPD dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Selain itu DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama,terakhir DPD juga dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dana agama serta menyampaikan pengawasan keada DPR untuk ditindaklanjuti.

Setelah dilihat lebih jauh, kewenangan yang dimiliki oleh DPD hanya sebatas pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu serta melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu. Hal ini menunjukkan adanya semangat birokratis pada rumusan tersebut, padahal DPD dan DPR mempunyai kedudukan yang setara namun untuk kewenangan dibidang legislasi (penyusunan undang-undang) tetap saja DPD harus melewati jenjang birokratis yakni persetujuan DPR, sehingga keberhasilan agenda DPD akan sangat ditentukan oleh respon yang diberikan oleh anggota DPR.

Oleh karena itu amandemen konstitusi terkait dengan kewenangan DPD mesti diperkuat karena dari segi legitimasi DPD jauh lebih riel mewakili masyarakat karena proses pemilihannya merupakan representasi dari keinginan masyarakat terhadap tokoh-tokoh yang mereka pilih sendiri, selain itu dengan kewenangan “setengah hati” yang dimilikinya DPD maka gerakan DPD mengalami kendala tersendiri. Oleh karena itu perubahan konstitusi memang menjadi bagian sentral yang akan menentukan “ nasib” DPD ke depan, karena tanpa adanya konsep yang jelas untuk lembaga negara ini, maka akan senantiasa membawa problem tersendiri bagi DPD dalam menjalankan kiprahnya apalagi dengan semakin kompleknya permasalahan di daerah.

Namun yang perlu dipertimbangkan dalam pengusulan antara lain pertama konsep pengusulan haruslah jelas, dan berdasarkan penelitian akurat yang sampai pada kesimpulan bahwa keterbatasan gerak yang dialami oleh DPD karena memang kecilnya kewenangan yang dimilikinya, kedua pilihan momentum yang tepat perlu menjadi perhatian serius bagi DPD di tengah banyaknya persoalan bangsa yang mesti mendapat perhatian yang lebih besar dan perlu penanganan serius ketiga dengan sistem yang ada DPD perlu mengatur strategi untuk meraup lebih besar dukungan anggota DPR dalam mendukung pengusulan amandemen keempat pihak DPR haruslah memandang usulan perubahan tersebut dengan lebih objektif tidak hanya dengan semangat melihat secara politisasi dan ego sektoral. Jika usulan perubahan tidak dipertimbangkan secara seksama oleh segenap elemen maka konstitusi yang ada akan selalu menjadi bagian yang siap “bongkar pasang” dari pihak-pihak yang kemudian “merasa kurang kewenangan”. Diharapkan ke depan konstitusi menjadi hukum dasar yang mampu menjawab kebutuhan riel warga negara dan tidak hanya menjadi kumpulan lembaran-lembaran energi yang mampu mensuplai kepentingan segelintir oknum-oknum tertentu. Semoga *** Selengkapnya...

Serpihan Mutiara

Ingatlah.....
" Kita nggak akan pernah tahu sejauh mana kita bisa terbangkalo kita tidak pernah membentangkan sayap tuk terbang "
( kutipan Andrie Wongso)
"Gagal dalam perencanaan adalah berencana untuk gagal"

"Kalo tidak bisa memaafkan berusahalah melupakan"
Selengkapnya...

Pantun

Wujud pelestarian karya lokal Selengkapnya...

Berhentilah Sejenak

Tunggu aja, renungan2 yang bakal menggugah hati dan perasaan Selengkapnya...

Kisah Kasih

Untuk Sementara file ini belum diisi ( masih digodok) Selengkapnya...

Sunday, January 7, 2007

Humoria Room

Salah Nyeletuk

Siang itu pasukan huru-hara sedang melaksanakan kegiatan baris berbaris, komandan pasukanpun mulai memberi perintah " dalam hitungan ketiga semua sudah harus dalam keadaan siap " demikian kata komandan tersebut sambil memeriksa satu persatu pasukannya.
Satu, dua, ....., tiba-tiba suara komandan terhenti pada hitungan kedua, melihat gelagat Anto salah seorang anggota pasukannya masih sibuk dengan kerapian pakaiannya, " Antoooo," siap pak " sahut Anto, apanya yang siap, dari tadi saya perhatikan kamu masih sibuk sendiri sementara teman-temanmu sudah siap, Komandan tersebut menimpali kata-kata Anto.
" Anto kamu ke depan dalam hitungan ketiga kamu telah harus lagi keliling lapangan, kalo dalam hitungan ketiga kamu tidak juga lari maka..... ( hitungannya saya ulang lagi) terdengar suara memotong kata-kata sang kamandan.

Dengan wajah merrah, sang komandan membalikkan badannya mencari sumber suara yang barusan nyeletuk dan memottong kata-katanya, ternyata seluruh mata sedang tertuju pada sosok pria berbadan kurus dan berkulit hitam pada barisan dua terakhir, tak ayal lagi, sang komandan langsung memerrintahkan anak buahnya tersebut lari keliling lapangan, tanpa perlu menghitung satu, dua , tiga guna menghindari celetukan lagi dari yang lain. dan si Anto senyum bercampur gembira karena ada yang menemaninya menjalani hukuman. Selengkapnya...

Goresan

Ibu, ijinkan aku mendo'akan agar ayah diberi Istri

Ibu, genap hampir sepuluh bulan kepergianmu,kadang aku begitu terharu mengenangkanmu ibusibungsu terlalu muda tuk kau tinggalkan,ia tak akan lagi merasakan enaknya masakanmu ibu, bahkan wisudapun nanti tanpa engkau disisinya, ibu.Tapi aku janji ibu, aku akan bantu dia segera tamat kuliah, aku ingin ia mendapatkan pekerjaan.dua tahun lagi bukan waktu yang lama, aku harus mempersiapkan materi untuk biaya kuliahnyaaku ingin disaat dia lulus dapat kerjaan baru aku memulai hidup berumah tangga.mesti aku mulai merasa sepi dalam kesendirian di negeri orang ibu.Tapi itulah arti sebuah pengorbanan dan aku yakin yang di atas akan memberi sesuatu kepada orang yg tepat dan pada saat yang tepat juga.

Ibu, kondisi ayah sekarang syukurlah sehat, meski tanpa anak-anak disisinya, tapi beliau sering ke tempatkakak nenggokin cucu katanya, dan aku juga sering nanya kabar ayah dan nenek meski itu juga lewat sms, kebiasaan ayah belum begitu jauh berubah, tapi satu hal yang aku tau ibu, ternyata ayah adalah seorang suami yang setia, hingga sekarang ia belum mendapatkan penggantimu ibu.

Tapi bu, engkau pasti tak ingin melihat ayah sedih, melihat ayah sendiri tanpa ada yang merawat jelang usia senjanya.Untuk itu ibu, setiap shalat aku selalu berdoa " ya Allah berikan istri tuk ayahk, istri yang bisa mengajak ayahku ke surga-Mu ibu".

Ibu, setiap kali aku shalat , aku selalu berdoa agar kau senantiasa dilapangkan disana, dan menjadisalah seorang dari ahli surganya.

ibu mudah-mudahan aku bertemu dengan seorang yang bisa menjadi imam bagi keluarga ku, mengajak aku ke surga Nya,amieen,
Tuhan titip ibuku...... Selengkapnya...

Curhat

Jeritan Hati Mantan Aktivis

Ketika Energi yang kupunya terasa sia-sia
Menjadikan aku bak seorang pujangga tanpa puisi, bak dokter tanpa diagnosa.Semua terasa tak berarti karna diri tak bisa memberi

Doc.Prib.20 Desember 2006-------Kepulan asap bernama polusi mulai mengusap wajahku yang lelah, plus antrian kendaraan yang menambah daftar sumpeknya kota metropolitan ini, ukh “ udah mulai gelap nich palagi kayaknya mo hujan bikin bete aja besok libur lagi ” begitu gerutuku dalam hati, sebuah kebiasan baru hasil dari sebuah proses asimilasi kebudayaan dan teritorial yang kujalani selama sekitar setahun belakangan.

Seperti biasa jadwal kerja yang teratur menjadikan hidupku terasa begitu statis, pemandangan dan persoalan wajib yang kuhadapi hari demi hari selalu sama, beberapa jenis koran yang menggodaku tuk membacanya, berkas laporan keluhan masyarakat yang mesti ku bikinan drafnya, lengkap dengan fasilitas telpon, dan internet,menjadikan aku terkadang menikmati dan terkadang membuatku kehilangan motivasi dan semangat yang berbuah kebosanan.

Sore ini begitu macet hingga aku punya waktu banyak tuk kembali mengenang masa 3 tahun lalu, yach hidup yang kujalani sekarang adalah wujud dari mimpiku tiga tahun lalu semasa kuliah, aku begitu bersemangat dan punya keinginan tuk berjuang dan menjalani hidup di ibu kota ini, dalam bayanganku terasa indah menjalani perjuangan hidup sendiri jauh dari keluarga dekat dengan sumber informasi dan terbuka lebar tuk menjadi sukses dan menjadi orang besar, namun setelah semuanya terjadi ternyata tak seindah yang dibayangkan atau barangkali aku sendiri yang menjadikan hidupku tak indah.

Setahun yang lalu, ketika aku masih bekerja di kotaku, aku punya agenda padat selain dikantor yang mesti hadir enam hari dalam seminggu dan sedikit waktu luang dengan beban kerja yang tergolong berat, maklum aku menangani administrasi sebuah media massa yang otomatis dikejar deadline, menjadikan aku begitu bersemangat karena sehabis dari kantor aku mesti ke kantor lain yang berfungsi sebagai sekretariat sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat, tempat aku dan teman-temanku membantu para pencari keadilan yang mengalami benturan biaya dengan bekal gelar lulusan fakultas hukum dan sebagian kartu pengacara membuat kami saling beradu argumentasi dan berempati dengan pencari keadilan. Agenda rapat dan pertemuan kami atur sedemikian rupa hingga waktu malam yang mestinya kami gunakan tuk beristirahat dan meregangkan otak dan otot sehabis dari aktifitas dan kantor masing-masing,tapi justru kami gunakan tuk lebih mengasah otak bahkan tak jarang setiap pertemuan diwarnai perdebatan dan emosian akibat perbedaan persepsi dan pandangan topik pembicaraan,.

Aku begitu menikmati dinamikanya, tak pernah aku menghabiskan waktu tuk berdandan berjam-jam di depan kaca, seperti halnya kebiasaan wanita-wanita seusiaku, “jangankan luluran, bersihin wajah aja nggak”aku cukup menjadikan mandi sebagai prosesi wajib pembersihan, selain itu tuk mengikuti lagu terbaru, film terbaru, model baju terbaru, tidak menjadi perhatianku, aku begitu disibukkan dengan tugas wajib kantor dan perjuangan lsm, aku punya keinginan besar tuk menjadikan lsm kami, lsm yang besar dan mampu memberi kontribusi tuk masyarakat. Berbagai referensi aku cari, mulai dari bacaan tentang team building, manajement konflik dan sebagainya, ilmu wajib yang bakal aku terapkan di wadah perjuanganku bersama teman-teman., bahkan ketika kuputuskan tuk hijrah ke Ibu kota, aku membawa setumpuk mimpi dan keinginan, buatku buat keluarga, buat lsmku.

Sayang, mimpi dan keinginan yang kubawa hanya berbenturan dengan dinding-dinding dari bangunan megah yang menjadikan penghuninya betah tanpa harus melirik yang lain, akhirnya akupun menjalani hidup apa adanya statis tanpa dinamika, tanpa perlu mengorbankan waktu tidurku tuk memikirkan hal-hal besar kecuali hanya tuk menyaksikan tayangan televisi, dan mengunjungi mall atau sekedar berkumpul bersama teman-teman tuk makan bersama.

Aku begitu dimanjakan ibukota, aku punya banyak waktu tuk mengikuti model terbaru mulai sepatu sampai wik terbaru, perawatan wajah dan tubuh tak ketinggalan bereksperimen dengan jenis makanan yang belum kucicipi. Aku tak tau sampai kapan hidup akan ku jalani begini. ***







Selengkapnya...

Cerdik (Cerita Dikit)

Jangan pernah ucapkan cinta, sayang…..

Cinta memang tak ada logika, seperti itupun halnya yang dialami intan, gadis 25 tahun dengan seorang temannya, Ilham, persahabatan mereka telah terjalin sejak dua tahun terakhir, namun tiba-tiba, bak petir disiang bolong Ilham mengungkapkan perasaan sukanya kepada Intan, yang ternyata telah dipendamnya dua tahun yang lalu, awal dari perkenalan dan persahabatan mereka.


Apa??? Aku suka kamu ?, mata Intan melotot dan wajahnya yang bersemu merah tidak dapat disembunyikan dari kulit mukanya yang terang, ekspesi wajah tanpa perintah begitu bertindak serentak dengan gerakan bibirnya yang mengulang kembali kata-kata Ilham (teman dekatnya) itu. “ Masak sih, jangan becanda Am ( begitu pangilan akrab intan buat Ilham)”. demikian Intan menimpali ungkapan perasaan Ilham.

Tak mau kalah, Ilham justru malah memperbaiki posisi duduknya yang menunjukkan keseriusan luar biasa dan meminum sajian kantin sore itu, tempat biasa mereka makan bersama, jika diantara mereka ada masalah. “ Ntan, dulu aku berfikir, kita akan bisa berteman, dan aku akan bisa menghapus perasaanku padamu, tapi ternyata, nggak, ntan, aku nggak bisa, kebersamaan kita tidak hanya menjadikan persahabatan kita erat, tapi juga justru menjadikan rasa itu terpelihara dan terawat dihatiku, ntan, aku nggak bisa terus-terusan membohongi perasaanku, aku sungguh sayang kamu, lebih dari seorang teman ”. Itu ucapan Ilham yang memperkuat kata-kata singkatnya yang tadi diungkapkan pada Intan.

Intan, tertunduk seribu bahasa, seakan otaknya bekerja ekstra menyusun kata demi kata yang begitu tak teratur yang ada dibenaknya.”Am tolong kasih aku waktu” cuman itu yang keluar dari mulut Intan. Dengan penuh pengertian Ilhampun menganguk seraya berkata “ Ntan, apapun jawabanmu, akan kutunggu dan kuharap ini bukan akhir yang buruk tuk persahabatan kita, ya atau tidak bagiku tak menjadi soal, karena setidaknya aku dah berani jujur pada diriku dan pada orang yang kusayangi, dan yang pasti aku akan tetap menjadi temanmu, karena kamu adalah teman terbaik yang kupunya ”.

Percakapan sore itupun berakhir dengan seribu tanda tanya dan perasaan yang ada dikepala masing-masing dan suasana sore itu, menjadi sore yang berbeda dengan biasanya, kalo setiap habis jalan atau makan, dalam perjalanan pulang, mereka selalu bergurau mesti kadang diselingi cela dan tawa seakan diantara mereka bersaing menunjukkan yang satu lebih dari yang lain, tapi sore itu, tak ada yang bersuara, mereka sibuk dengan pikiran dan perasaannya sendiri.

Begitupun dengan Ilham, ia tidak mau mengganggu Intan dengan percakapan atau pertanyaan-pertanyaannya yang pasti tidak akan menarik buat Intan, karena ia tahu betul karakter temannya yang satu ini, kalo dah diam pasti lagi serius mikirin sesuatu atau lagi capek atau belum terlalu kenal dan dekat, itu akan memperkuat image kalo Intan adalah sosok yang pendiam. Seperti halnya pertama kali mereka kenal, Intan begitu pendiem, dibanding teman-temannya yang lain, tapi seiring dengan berjalannya waktu, ternyata Intan sosok yang asyik diajak gobrol dan memang sosok pendengar yang baik.

Ternyata satu jam dalam perjalanan tak terasa hingga akhirnya mereka sampai pada perempatan jalan yang memisahkan arah tempat tinggal mereka, “ sampai besok ya (kata ilham) sembari melambaikan tangannya pada Intan yang berjalan ke jalan menuju rumahnya, “ ya ( sahut Intan singkat).

Kaki Intan berjalan mengikuti irama dan Intan sadar betul, kalo kakinya dan tubuhnya tidak menikmati perjalanan itu karena otaknya begitu sibuk memikirkan sesuatu,sesampainya dikamar ukuran tiga kali dua meter, perlahan Intan merebahkan tubuhnya di kasur dan membersihkan wajahnya dengan pembersih, rutinitas yang biasa dilakukan sehabis bepergian. Am, kau terlalu baik untuk ku, tapi sayang aku begitu menikmati dan bahagia menjadi teman terbaikmu, tak lebih Am, tak lebih dari itu. Andai kau tahu, kalo bagiku tak sulit tuk jatuh cinta, tapi waktu empat tahun telah cukup menempaku tuk memanage cinta dan mengatur rasa, rasa suka pada lawan jenis silih berganti kurasakan dan tak sulit juga bagiku membunuh perasaan itu dan menggantinya dengan perasaan sebagai seorang teman,aku bisa melakukannya Am (bukan karena aku nggak normal, bukan) karena memang aku ingin logika dan perasaanku seimbang, sebuah idealisme yang begitu kupegang walau kadang aku rasakan begitu berat mempertahankan.

Kalo kata orang pacar itu berawal dari temen, bagiku enggak Am, pacar ya pacar dan temen adalah temen. Aku paham betul rasa suka dan cinta itu nggak statis, ia perlu dijaga dan dipelihara, dan cara menjaga dan memliharanya hanya dengan dua jalan, pacaran atau menikah, dan aku nggak mau tuk pacaran dan belum siap tuk menikah.Andai aku tau kau akan mengatakan itu, mungkin aku akan memberitahumu “ Jangan pernah ucapkan cinta, sayang aku hanya ingin jadi teman baikmu, sayang aku seorang yang begitu meyakini kalo cinta itu tak abadi dan percaya kalo yang abadi hanyalah persahabatan “ itu alasanku melarangmu tuk mengutarakannya, tapi sayang, aku terlambat memberitahumu, hingga kau akhirnya mengungkapkan juga.

Serangkaian lamunan dikepala Intan, terputus karena suara ringtone handphonenya berbunyi dan tertulis “Deni memanggil”, “ya Den, ada apa? Intan menyambut suara diseberang sana, “ Ntan, Andi memutuskan pertunangan kami ( deni menceritakan panjang lebar diiringi dngan isak tangis). Deni dan Intan adalah temen dekat sejak SMU dan setelah bertemu dengan pria yang begitu dicintainya dan mencintainya, merekapun memutuskan tuk bertunangan lebih kurang tiga tahun lamanya. Deni selalu menjadikan Intan tempat curhatnya, ternyata Andi mencintai wanita sekantornya.dan memilih tuk memutuskan pertunangannya dengan deni meski kedua keluarga besar mereka telah begitu akrab. Percakapan telpon itupun berakhir setelah sipenelpon merasa tenang dengan nasehat-nasehat dan kata-kata bijak Intan.

Intan kembali bergelut dengan perasaannya, ternyata benar teoriku, kalo cara menjaga dan memlihara cinta hanya dengan pacaran atau menikah, tapi penjagaan dan pemeliharaan sejati itu hanya dengan ikatan resmi pernikahan yang akan memberi hak dan kewajiban kepada satu sama lain jika melangggar batass-batas yang telah digariskan.

Keesokan harinya, seperti biasa, Intan dan Ilham bertemu dalam organisasi yang sama, Intan memutuskan tuk melanjutkan pembicaraan di kantin sore itu dengan Ilham. ‘ Am kita makan yuk“ . demikian seperti biasa gaya Intan kalo ngajakin Ilham makan dan ingin ngomongin sesuatu. “ boleh, dimana ” sahut Ilham, ‘ Biasa ” jawab Intan. Merekapun melangkah menuju kantin langganannya.

Nasi goreng, yang biasanya gurih, terasa kurang nikmat di mulut intan, soalnya sodoran sendok seakan harus langsung hilang karena ditelan energi otaknya yang bekerja keras merangkai kata, agar yang keluar nanti dari mulutnya tidak menyakiti teman terbaiknya itu.

Dengan penuh keberanian Intan mulai mencoba mengatur keluarnya kata-kata dengan benar dan memperhatikan dengan seksama teman yang ada dihadapannya itu. “ Am, kita dah berteman selama dua tahun yach, aku merasa seneng banget, punya temen seperti kamu, meski kadang kita sering bertengkar juga, tapi kita dah saling memaklumi kekurangan masing-masing, dan perbedaan itu yang menjadikan kita deket khan, Am, maaf kan aku, kalo aku belom bisa memenuhi harapanmu, aku nggak bisa menjadi seseorang yang lebih dari seorang teman bagimu, aku ingin persahabatan kita abadi Am, kamu masih mau kan menjadi temanku dan aku akan bantu kami mengatur rasa itu, karena dah empat tahun lamanya aku belajar memanage cinta mengatur rasa, dan aku yakin aku akan bisa melakukannya” Demikian Intan menolak Ilham dengan halus tanpa lupa memotivasi Ilham tuk melupakan perasaannya.

Ntan, mesti kecewa dan sedih, tapi aku dah siap kok dengan kemungkinan terburuk ini, yuk kita jadikan ini bumbu persahabatan kita tuk merajut ikatan yang perhabatan sejati. Ilham menyambut kata-kata Intan dengan penuh kedewasaan dan pengertian.

Hari-hari berikutnya, masing-masing mereka berjuang keras untuk menjadikan persahabatan mereka biasa dan seakan tak ada riak-riak yang mendera, hingga akhirnya keduanya menemukan pelabuhan hari yang berujung pada perkawinan, namun persahabatan diantara mereka tak pernah luntur, meski jauh dimata namun dekat dihati juga berlaku tuk ikatan persahabatan mereka. ð















































Selengkapnya...